Senin, 29 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Google Ungkap Cara Lindungi Pengguna dari Deep Fake Kecerdasan Buatan

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Kecerdasan buatan (AI) akan menjadi perubahan teknologi terbesar dalam hidup kita. AI akan menciptakan peluangr serta mentransformasi setiap lapisan masyarakat.

Pemerintah Indonesia ingin memanfaatkan teknologi ini demi memberikan manfaat bagi masyarakat melalui upaya-upaya untuk menjembatani kesenjangan bahasa. Selain itu meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat dan layanan kesehatan, serta memberdayakan individu melalui pengembangan keterampilan, dan masih banyak lagi.

“Seiring kami terus memadukan teknologi AI ke lebih banyak produk dan layanan Google, dan yang baru-baru ini kami luncurkan, yaitu AI generatif, kami menyadari, kita harus berani bersikap dan bertanggung jawab bersama-sama,” tulis Google, Rabu (17/1).

Seperti teknologi transformatif lain, akan muncul berbagai tantangan yang perlu kita atasi. Untuk mengembangkan AI secara bertanggung jawab, kita harus bisa menyeimbangkan upaya dalam memaksimalkan dampak positif AI dan mengatasi potensi risiko yang muncul.

Walau terlihat rumit, hal ini harus kita upayakan bersama untuk mencapai keberhasilan jangka panjang. Hanya dengan memprioritaskan tanggung jawab sejak awallah kita dapat benar-benar memanfaatkan kekuatan transformatif AI tanpa mengorbankan kesejahteraan masyarakat.

Baca juga: Implementasi Kecerdasan Buatan di Operasional Logistik, Blibli Menghemat Hingga 11%

Salah satu contoh cara Google menyikapi hal ini adalah dengan mengantisipasi dan menguji berbagai risiko keselamatan dan keamanan/ Termasuk munculnya bentuk-bentuk baru konten audio atau video sintetik dan fotorealistik yang dihasilkan oleh AI, yang juga dikenal sebagai “media sintetis”.

Meskipun teknologi ini memiliki banyak manfaat – misalnya, membuka berbagai peluang baru bagi para penyandang tunawicara dan disleksia, atau menjadi sumber inspirasi kreatif baru bagi para artis dan studio film di seluruh dunia – teknologi ini menimbulkan kekhawatiran.

Seperti digunakan dalam kampanye disinformasi dan untuk tujuan jahat lain, yaitu melalui “deep fake”. Potensi penyalahgunaan teknologi ini untuk menyebarkan narasi palsu dan konten yang direkayasa dapat menimbulkan banyak dampak negatif.

“Kami berupaya membantu mengatasi potensi risiko ini dengan berbagai cara. Salah satu upaya penting yang kami lakukan adalah membantu pengguna bisa mengidentifikasi konten AI. Serta memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar mereka bisa tahu ketika mereka berinteraksi dengan media yang dihasilkan AI,” papar Google lagi.

Setiap gambar yang dihasilkan melalui produk Google diberi label metadata dan diberi watermark oleh SynthID, yang saat ini dirilis ke sejumlah kecil pelanggan Vertex AI yang menggunakan Imagen. Ini salah satu model text-to-image terbaru kami yang menggunakan input teks untuk membuat gambar fotorealistik.

Dalam beberapa bulan lagi, di YouTube, Google akan meluncurkan fitur untuk menghapus konten buatan AI. Atau konten sintetis atau konten rekayasa lainnya yang meniru seseorang, termasuk wajah atau suaranya, melalui proses permintaan privasi kami.

Tidak ada cara yang benar-benar ampuh untuk memberantas penyebaran “deep fake” dan misinformasi yang dihasilkan AI. Hal ini memerlukan upaya kolaboratif, yang membutuhkan komunikasi terbuka, penilaian risiko yang ketat, dan strategi mitigasi yang proaktif.

Misalnya, di YouTube, Gogole mengombinasikan proses peninjauan manual oleh manusia dan teknologi machine learning untuk menegakkan Pedoman Komunitas Google.

Dalam sistem Google, pengklasifikasi AI membantu mendeteksi konten yang berpotensi melanggar dalam skala besar. Sementara petugas peninjau berupaya memastikan apakah konten tersebut benar-benar telah melanggar batas kebijakan. AI membantu kami untuk terus meningkatkan kecepatan dan keakuratan sistem moderasi konten Google. (jun)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER