Minggu, 28 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Tower Bersama Mencatatkan Pendapatan Rp 4,69 Triliun

BACA JUGA




FinTechnesia.com | PT Tower Bersama Infrastructure Tbk mengumumkan Kinerja keuangan tahun 2019. Emiten berkode saham TBIG itu mencatatkan pendapatan dan EBITDA masing-masing Rp 4,69 triliun dan Rp 4,01 triliun untuk satu tahun yang berakhir 31 Desember 2019. Margin EBITDA tahun 2019 tetap 85,4%. Jika hasil triwulan keempat 2019 disetahunkan, total pendapatan TBIG mencapai Rp 4,92 triliun dan EBITDA mencapai Rp 4,21 triliun.

Per 31 Desember 2019, TBIG memiliki 28.740 penyewaan dan 15.589 site telekomunikasi. Site telekomunikasi perseroan terdiri dari 15.473 menara telekomunikasi dan 116 jaringan distributed antenna system (DAS). Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 28.624, rasio kolokasi (tenancy ratio) menjadi 1,85.

Chief Executive Officer (CEO) TBIG, Hardi Wijaya Liong mengatakan, pihaknya terus memantau pembaharuan dan informasi terbaru wabah global virus corona atau COVID-19. TBIG menjaga kesehatan karyawan dan menjaga kemampuan tetap beroperasi.

Tahun lalu TBIG menambahkan 3.546 penyewaan gross, terdiri dari 593 site telekomunikasi dan 2.953 kolokasi. Walhasi, pertumbuhan tenancy ratio menjadi 1,85 kali dibandingkan 1,69 kali pada akhir 2018.

Per 31 Desember 2019, total pinjaman dollar Amerika Serikat (AS) yang telah dilindung nilai sebesar Rp 21,78 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp 14,47triliun. Dengan saldo kas Rp 525 miliar, total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp 21,26 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) menjadi Rp 13,94 triliun.

Rasio pinjaman senior bersih (net senior debt) terhadap EBITDA triwulan keempat 2019 yang disetahunkan 3,3 kali. Rasio pinjaman bersih (net debt) terhadap EBITDA triwulan keempat yang disetahunkan adalah lima kali. “Kami masih memiliki ruang menggunakan pinjaman tambahan berdasarkan covenant yang disyaratkan fasilitas bank dan surat utang kami,” terang Hardi, Jumat (27/3)

Chief Financial Officer (CFO) TBIG, Helmy Yusman Santoso menjelaskan, perseroan memiliki profil likuiditas yang sangat kuat dengan profil jatuh tempo utang pada akhir. “Kami menerbitkan obligasi lima tahun US$ 350 juta pada bulan Januari lalu serta obligasi Rp 1,5 triliun awal pekan ini. Dalam 12 bulan ke depan, perseroan akan membayar seluruh obligasi rupiah Rp 2,15 triliun dengan menggunakan arus kas operasional serta fasilitas kredit revolving yang kami miliki,” ujar Helmy.

Terkait kurs, TBIG melakukan lindung nilai atas pinjaman dollar AS sejak tahun 2010 dan terus mempertahankan strategi konservatif meminimalkan risiko mata uang asing. “Instrumen lindung nilai derivatif yang kami miliki adalah lindung nilai pinjaman sesuai jatuh tempo pinjaman tersebut. Strategi lindung nilai kami terbukti sangat efektif dan melindungi TBIG dari tantangan baru-baru ini yang dihadapi oleh mata uang rupiah, dan mata uang negara berkembang lainnya. Lindung nilai kami terus tetap efektif,” tegas Helmy. (hlm)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER