Minggu, 5 Mei 2024
FINTECHNESIA.COM |

Digitalisasi, Solusi UMKM Bertahan Selama Pandemi

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Digitalisasi dapat membantu usaha mikro, kecil dan Menengah (UMKM) bertahan selama pandemi Covid-19. UMKM perlu mengadopsi digitalisasi untuk menjaga produktivitas dan mempertahankan pendapatan mereka di tengah Covid-19.

Penetrasi penjualan digital bisa menjadi strategi utama mereka. Strategi ini dapat memperluas jangkauan pasar dan mempromosikan produk mereka. Sambil mematuhi kebijakan pembatasan sosial yang menetapkan batas tertentu untuk kapasitas toko dan pengurangan jam operasi.

Pandemi Covid-19 telah mendorong transformasi digital di Indonesia, terutama bagi pelaku UMKM. Kebijakan pembatasan sosial serta perubahan pola konsumsi masyarakat memaksa UMKM mengubah operasional usaha dengan menggunakan platform digital untuk pemasaran.

Meskipun pengguna internet di Indonesia setiap tahun selalu tumbuh, dengan perkiraan saat ini penetrasi internet sudah mencapai 73% dan 196 juta pengguna, pengetahuan teknologi yang masih rendah, keterbatasan infrastruktur, dan tenaga kerja yang kurang terampil masih menjadi kendala digitalisasi UMKM.

Penelitian Delloite Access Economics menunjukkan hambatan transformasi digital bagi UMKM di Indonesia. Sebanyak 36% UMKM di Indonesia masih menggunakan metode pemasaran konvensional. Hanya 18% UMKM yang dapat menggunakan media sosial dan website untuk mempromosikan produk mereka.

Sementara itu, sebanyak 37% UMKM hanya mampu mengoperasikan komputer dan internet secara sederhana. Penelitian dari Danareksa Research Institute juga menunjukkan hal serupa. Sebanyak 41,67% UMKM di DKI Jakarta sudah menggunakan media sosial dan pemasaran digital dalam operasional usaha. Sedangkan hanya 29,18% UMKM di Pulau Jawa dan 16.16% UMKM di luar Pulau Jawa yang sudah memanfaatkan pemasaran digital.

“Digitalisasi memberikan peluang untuk mempertahankan kelangsungan UMKM, misalnya dengan membuka pasar baru. “Digitalisasi juga dapat dipercepat kalau pihak-pihak yang berwenang bersinergi, salah satunya, untuk menyediakan dan menjamin konektivitas internet yang berkelanjutan dan terjangkau,” jelas Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Noor Halimah Anjani, pekan lalu

Salah satu sektor usaha UMKM yang terdampak oleh pandemi Covid-19 adalah kuliner. Riset dari Paper.id dan SMESCO menunjukkan 43,09% UMKM di sektor kuliner mengalami penurunan omzet. Terutama pelaku usaha yang menjual produk-produknya secara tatap muka seperti bisnis katering. Tapi disaat yang bersamaan, UMKM kuliner masih mampu bertahan dan tumbuh karena permintaan dari masyarakat yang beralih membeli kebutuhan yang awalnya dilakukan secara langsung menjadi secara online.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menggandeng decacorn ride hailing untuk memfasilitasi pemasaran digital UMKM di bidang kuliner melalui aplikasinya dan laman Bela Pengadaan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Sebelumnya, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara telah meresmikan Pasar Digital atau PaDi.

CIPS berharap kerja sama ini tidak hanya menyasar UMKM kuliner di kota-kota besar, juga UMKM kuliner di daerah-daerah. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dapat memberikan instruksi kepada Pemerintah Daerah untuk melakukan sosialisasi dan pendampingan terkait kerja sama ini. “Sehingga, UMKM yang berada di daerah juga dapat ikut memasarkan produk-produknya ke pasar yang lebih luas melalui platform digital,” terang Halimah. (sya)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER