Kamis, 25 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

ChatGPT Bisa Ganggu Pembelajaran di Dunia Pendidikan?

BACA JUGA




Fintechnesia | Sebuah platform yang dibuat oleh OpenAI menjadi perbincangan cukup menarik pada saat ini.

Platform OpenAI ini yang jadi pembicaraan ini adalah ChatGPT.

ChatGPT sedang jadi buah bibir ini merupakan platform yang diperkenalkan oleh OpenAI yang memiliki kemampuan artificial intelligence atau AI ini dianggap chatbot cerdas.

Kenapa pintar? Apa yang ditanya dengan cara mengetik di platform ChatGPT ini, AI ini bisa segera menjawab dengan cepat, dan bisa mendeteksi berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.

Baca juga: Media Berita Online Jadi Pilihan Tertinggi Cari Informasi

Walaupun platform ChatGPT ini masih berupa prototipe dan dianggap bisa menggantikan mesin pencari saat ini seperti Google, ada beberapa pengajar membahas masalah ChatGPT ini.

Di sisi lain, siswa atau warganet senang adanya platform ChatGPT yang dibuat OpenAI ini karena bisa memberikan jawaban dengan cepat.

Bahkan ada seorang digital marketing sempat memberikan contoh melalui aplikasi TikTok bahwa ChatGPT dapat memberikan banyak ide membuat konten hanya hitungan detik saja.

Guru bahasa Inggris SMA bernama Kelly Gibson seperti dilansir Wired, pertama kali menemukan ChatGPT pada bulan Desember, kegelisahan eksistensial muncul dengan cepat.

Baca juga: Google Panik dengan ChatGPT?

Meskipun warganet senang dengan jawaban chatbot yang sangat canggih atas pertanyaan pengguna, banyak pendidik yang kurang terhibur.

“Saya berpikir, ‘Ya Tuhan, ini benar-benar apa yang saya ajarkan,'” kata Gibson.

Gibson adalah salah satunya yang kurang “suka” dengan platform ChatGPT.

Setelah kekhawatiran awalnya mereda, dia menghabiskan liburan musim dinginnya untuk mengutak-atik Chat GPT dan mencari cara untuk memasukkannya ke dalam pelajarannya.

Baca juga: Tren Teknologi Baru Teratas dan Peluang Kerja Tahun Ini

Dia mungkin meminta anak-anak untuk membuat teks menggunakan bot dan kemudian mengeditnya sendiri untuk menemukan kesalahan chatbot atau memperbaiki gaya penulisannya.

Gibson, yang telah mengajar selama 25 tahun, mengibaratkannya sebagai alat teknologi yang lebih familiar yang meningkatkan, bukan menggantikan, pembelajaran dan pemikiran kritis.

Terlepas dari keterbatasan tersebut, Gibson juga percaya bahwa ia memiliki tanggung jawab untuk membawa ChatGPT ke dalam kelas.

Jika hanya siswa yang memiliki akses siap pakai ke perangkat yang terhubung ke internet di rumah yang dapat memperoleh pengalaman dengan bot.

Baca juga: Ada Artis Indonesia di The Last of Us, Waspadai Penjahat Siber Siap Menebar Jebakan

Hal ini dapat memperlebar kesenjangan digital dan semakin merugikan siswa yang tidak memiliki akses.

Jadi Gibson berpikir bahwa ia berada dalam posisi untuk mengubah ChatGPT menjadi, dalam bahasa pendidik, momen yang dapat diajarkan kepada semua siswanya.


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER